Lampu Taman Panel Surya

Lampu Taman adalah lampu yang umumnya dipasang di taman dan berfungsi untuk memperindah dan menerangi taman. Lampu taman yang umumnya digunakan sudah pasti memerlukan instalasi kabel listrik. Namun...

Global Warming, Bisa Enggak Sih diatasi?

Siapa yang tidak pernah mendengar istilah global warming. Ya, Global Warming atau biasa disebut juga dengan ‘Pemanasan Global’ telah menjadi momok yang menakutkan untuk kita sebagai penghuni bumi. Pasalnya

Eco Bamboo House

Rumah tinggal yang akan kita bahas kali ini adalah rumah tinggal milik Ir. Budi Faisal, MAUD, MLA, PhD. Seorang arsitek yang juga

Eco Office, Tren Baru Dunia Arsitektur

Global warming memang sudah menjadi topik yang kerap dibahas di berbagai negara termasuk Indonesia. Lihat saja suhu udara yang semakin panas di berbagai kota khususnya kota besar. Pembangunan pesat seperti

Senin, 15 Juni 2015

CARA BERPIKIR DAN IDEALISME MAHASIWA SAAT INI

            Memiliki status sebagai seorang mahasiswa adalah hal yang sangat didambakan oleh anak muda yang baru saja lulus dari SMA. Pendidikan yang semakin tinggi dalam masyarakat umum lebih dipandang dan “terjamin”. Apalagi sebagai  orang tua, memiliki anak yang kuliahan hingga menyandang status “Sarjana” adalah sebuah kebanggan  yang tak ternilai harganya. Ada banyak alasan yang menjadikan status ini kerap menjadi incaran bagi siapa saja dari segala usia. Kadangkala mereka berpikir bahwa menjadi seorang mahasiswa adalah sebuah jalan untuk mencari ilmu yang lebih. Ada pula yang beranggapan dengan menjadi lulusan sebuah perguruan tinggi akan meningkatkan status sosial ekonomi di masa yang akan datang. Tapi tidak jarang pula status mahasiswa hanya sekedar untuk gengsi dan kesenangan. Umumnya pemikiran seperti itu berasal dari kalangan anak muda yang jiwanya masih menggebu-gebu. Alasan-alasan seperti inilah yang nantinya menentukan akan menjadi mahasiswa seperti apa dia ketika menjalani masa perkuliahan.

            Saat pertama kali menginjakkan kaki di sebuah perguruan tinggi, yang dipikirkan oleh kebanyakan mahasiswa adalah bagaimana caranya agar dapat berkuliah dengan baik, mencapai cita-cita yang sejak awal dibawa dari kampung lalu mendapat pekerjaan yang baik. Sementara gambaran tentang kehidupan kampus yang sesungguhnya belum begitu tahu. Tetapi perubahan akan banyak terjadi beberapa waktu kemudian seiring dengan perjalanan akademik mahasiswa. Setiap individu akan memilih jalan hidupnya masing-masing. Entah dari teman sepergaulan, kegiatan kampus, ataupun organisasi yang dipilih. Semua itu bergantung pada pola pikir dan pemahaman masing-masing mahasiswa. Sehingga nantinya mahasiswa akan memiliki karakter dan sifat yang berbeda-beda pula. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi informasi yang semakin maju menyebabkan munculnya berbagai pemahaman dan pemikiran yang bervariasi di kalangan mahasiswa. Hai ini tentunya akan mempengaruhi tingkah laku mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari.

            Seperti yang kita tahu mahasiswa kerap disebut-sebut sebagai agen perubahan (agent of change), karena dalam jiwanya masih tertanam kuat semangat kepemudaan yang diharapkan bisa memberi manfaat untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik. Pada masa inilah, kontribusi dan konsistensi seorang mahasiswa diuji. Siapa yang sudah mencoba berbuat banyak hal, dengan mempertahankan sikap idealisnya, akan mempunyai pandangan masa depan yang terarah. Ia mempunyai segudang pengalaman, entah itu pengalaman gagal atau pun sukses. Siapa yang tidak konsisten dan mudah terjebak dalam sikap pragmatisnya akan sulit berkembang dan sulit bangkit sekali ia jatuh.

            Namun kenyataannya, seseorang yang baru menyandang status sebagai mahasiswa biasanya akan berpikiran bahwa sesuatu itu mudah diraih secara instan, tanpa harus melakukan banyak usaha. Pada awal masa perkuliahan yang mereka pikirkan hanya sekedar mata kuliah yang harus mereka hadapi dengan baik. Mereka tidak menyadari bahwa yang sedang meraka jalani saat ini di bangku perkuliahan akan sangat berpengaruhi terhadap nasib mereka kelak setelah dinyatakan lulus. Kebanyakan dari mereka tidak sadar akan posisi mereka yang saat ini sedang berada di puncak perjuangan sebelum menghadapi dunia luar. Idealisme beberapa mahasiswa saat ini sangatlah rapuh. Mereka tidak punya ideologi dan tidak memiliki karakter, sehingga selalu ingin instan.

            Sekarang kita ingat terlebih dahulu apa arti mahasiswa itu sebenarnya sebelum kita mengetahui pola pikir yang idealisme. Arti mahasiswa adalah yang paling tinggi dari siswa dan seorang mahasiswa harus memiliki pola pikir yang berbeda dari siswa-siwa di bawahnya. Akan sangat sulit membentuk karakteristik tersebut dari seorang siswa yang biasanya hanya mendapat pengajaran dari gurunya, sedangkan mahasiswa itu harus menjadi seorang yang militan si. Karena seorang mahasiswa itu itu harus memiliki otak yang cerdas bukan sekadar pintar dan kritis akan lingkungan sekitarnya. Dia akan memperbaiki yang buruk dan yang sudah baik akan menuju kesempurnaan. Tapi sayangnya mahasiswa saat ini dinilai kurang kritis, militansinya kurang dan apatis dengan lingkungan sosial sekitarnya. Mungkin sekarang ini mahasiswa hanya di doktrin supaya belajar dengan akademik yang tinggi,namun sayangnya mereka hanya dipandang sebagai intelektual kampus dan bukan menjadi seorang intelektual untuk bangsanya.

            Yang sedang melanda para mahasiswa saat ini adalah keringnya persentuhan dengan rakyat, sehingga rasa kepekaan mereka terhadap masyarakat juga rendah. Ditambah mahasiswa yang malas membaca buku dan diskusi sebagai sarapan setiap hari. Tidak jarang mahasiswa yang bahkan belum tahu dan masih bingung ketika dihadapkan pada pertanyaan yang menyinggung tujuan mereka setelah lulus nanti. Mahasiswa cenderung berbuat seenaknya sendiri, bahkan tidak peduli dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Mahasiswa yang baru belum bisa melihat jauh ke depan, tentang apa yang ingin dicita-citakan. Pola berpikir seperti ini sebenarnya masih mendapat pengaruhi oleh masa-masa pendidikan sebelum dunia perkuliahan dan akan berlanjut sampai mahasiswa tersebut lulus dari perguruan tinggi dan akhirnya mauk ke dunia kerja. Sulit menemukan mahasiswa yang akan menjawab dengan tegas dan pasti pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Beberapa mungkin lebih memilih untuk melamar kerja kesana kemari atau malah menjadi pengikut teman-temannya. Padahal masa depan setiap orang yang satu dengan orang lain itu pasti berbeda. Selain karena nasib, juga karena kecocokan dengan passion dan kemampuan masing-masing.

            Tentunya arah dan tujuan setelah selesai masa kuliah adalah menentukan masa depan. Semenjak awal perkuliahan, mahasiswa telah dibimbing untuk mendalami materi yang tepat sesuai dengan jurusan mereka masing-masing. Pada saat itu pula mahasiswa juga harus tahu betul apa makna sesungguhnya dari proses perkuliahan itu. Mungkin bagi sebagian mahasiswa akan sulit untuk menemukan sebuah kenikmatan saat menjalani dunia perkuliahan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan mahasiswa mengalami hal-hal semacam itu. Contohnya saja di tengah-tengah kehidupan kampus yang nyaris menyita semua waktu materi dan juga tenaga. Mahasiswa dituntut untuk masuk kuliah dengan tepat waktu, mengejar dead-line tugas yang menumpuk dari dosen dan belum lagi ditambah masalah pribadi, teman dan keluarga.

            Tapi tidak semua mahasiswa menyikapi demikian, masih banyak mahasiswa yang memilih untuk membentuk diri dan hidupnya untuk menegakkan kebenaran dan menjadi mahasiswa yang berprestasi. Tidak menyia-nyiakan waktu muda untuk berhura-hura dan lebih memilih untuk menyelesaikan pendidikannya dengan baik dan tepat waktu merupakan suatu contoh sosok Jiwa muda yang nyata dan berkarya. Bagi kalangan mahasiswa yang memiliki persiapan matang dalam menjalani masa kuliah, pasti mereka akan memiliki gambaran dan ideologi tersendiri dalam menjalani dunia perkuliahan. Namun yang kini menjadikan pertanyaan dasar untuk para mahasiswa adalah untuk apa nilai yang anda dapat dan apa tujuan anda kuliah? Beberapa mahasiswa beranggapan bahwa tanpa nilai yang kita dapat, kelak ketika kita lulus kita tidak akan memiliki arti apa-apa. Yang intinya dalam kasus seperti ini yang menjadi pemikiran utama dari mahasiswa saat ini adalah untuk mendapatkan pekerjaan dengan mudah. Buktinya kita masih sering menjumpai seorang mahasiswa yang terlalu idealis. Contohnya saja ketika mendapatkan nilai yang tidak sesuai dengan harapannya, ada beberapa mahasiswa yang protes kepada dosen untuk mendapatkan nilai yang lebih baik. Meskipun hal-hal seperti ini dianggap salah, tetap saja dosen tersebut akan memberikan nilai secara objektif. Semua hal tersebut mereka lakukan demi memperoleh nilai yang sempurna.

            Dunia kampus adalah salah satu bagian dari proses sebuah kehidupan, dan nantinya akan banyak kenangan yang terukir di kampus. Inilah langkah awal seorang generasi muda untuk membuat sejarah baru. Apakah mereka mampu memberikan gambaran masa depan bagi dirinya sendiri. Hal ini akan terlihat saat mereka telah menjadi sarjana. Jalan hidup yang dipilihnya pasti hanya melanjutkan aktivitas yang biasanya dilakukan saat di perguruan tinggi. Oleh karena itu hendaklah seorang mahasiswa sedini mungkin pandai-pandai membentuk sebuah eksistensi dan mengkontrol berbagai pengaruh yang dapat masuk setiap saat menyerang pemikirannya. Yang tentu saja pemikiran itu akan mempengaruhi pola kehidupannya, sekarang, dan masa depan.

            Sayangnya saat ini pemikiran mahasiswa cenderung tidak terstruktur dan tak berorientasi ke depan. Keadaan seperti ini yang kerap membuat masyarakat galau dan mengendurkan harapannya pada para mahasiswa. Disinilah perlu adanya rekontruksi. Jika menyelidiki lebih dalam, budaya mahasiswa saat ini adalah budaya pop, pola pikir yang selalu instan dan semangat juang yang kurang. Teknologi yang lebih berfungsi sebagai penghibur diri. Mereka sibuk dengan media sosial dan tak jarang lebih memilih untuk mencari sesuatu yang belum tentu bermanfaat dibanding mencari referensi untuk kuliahnya. Mahasiswa jaman sekarang lebih sibuk dengan urusan pribadinya. Bagaimana cara untuk mendapat IPK tinggi, lulus dengan cepat dan segera mendapatkan pekerjaan. Jiwa nasionalisme kurang, tidak ada pemikiran yang lebih meluas untuk membangun bangsa, bahkan kreatifitas dan karyanyapun juga kurang.

            Apa sebenarnya yang membuat mahasiswa memiliki pemikiran seperti itu? Setiap mahasiswa tentunya memiliki ideologi masing-masing. Setiap langkah yang diputuskannya mengandung beberapa faktor yang dipengaruhi dari internal maupun eksternal. Ketika mahasiswa memiliki suatu pemahaman dan akhirnya melahirkan ide untuk melakukan sesuatu. Maka hal tersebut akan menuntun mereka ke langkah yang lebih pasti. Tetapi kenyaatan yang pasti adalah bahwa niat awal seorang mahasiswa yaitu mengabdi pada masyarakat dikemudian hari. Pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi tidak hanya dilakukan ketika menjelang lulus ataupun saat pasca lulus. Hal seperti ini mestinya sudah dipersiapkan minimal ketika mulai masuk ke perguruan tinggi. Saat seorang mahasiswa yang sudah di wisuda namun belum menjadi masyarakat sosial yang seutuhnya maka hal tersebut akan menjadi tanggungan masing-masing mahasiswa itu sendiri. Begitu pula dengan mengetahui medan  kehidupan beserta perangkatnya. Memang saat ini masih sulit untuk menemukan mahasiswa yang memiliki keberanian luar biasa dan mampu menciptakan lingkungan yang bermartabat. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa hal seperti itu bisa terwujud.


            Kerjasama antar sesama mahasiswa khususnya dalam hal saling memahamkan akan memberikan dampak yang baik dalam perkuliahan maupun dalam kehidupan bersosial. Begitu pula dengan saling memberi dukungan dalam hal yang positif tentu memberikan nilai lebih dalam proses menjadi seorang mahasiswa. Unggul dan berkualitas saling memiliki keterkaitan satu sama lain. Pelengkap bagi mahasiswa satu dengan yang lainnya yaitu kelebihan yang dimilikinya tersebut. Keserasian serta kekompakan dalam setiap gerakan mahasiswa perlu ditata ulang sehingga menghasilkan mahasiswa sesungguhnya yang selalu didamba-dambakan . 

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More